Berita IAI TABAH–Rabu (01/05/2024), bertepatan dengan hari buruh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Institut Tarbiyatut Tholabah gelar workshop penulisan karya tulis ilmiah. Acara ini berlangsung di aula KH. Musthofa IAI TABAH dan diikuti oleh sekitar 45 peserta dari kalangan siswa maupun mahasiswa.
Acara workshop ini wujud dari komitmen badan eksekutif mahasiswa dalam memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan intelektual dan akademik siswa maupun mahasiswa. Karya tulis ilmiah juga salah satu wadah yang sangat penting bagi kita semua untuk mengeksplorasi ide-ide inovatif, menggali pengetahuan baru, dan menyumbangkan pemikiran konstruktif untuk masyarakat sekitar.
“Selamat mengikuti workshop karya tulis ilmiah ini, semoga kita semua dapat meraih hasil yang memuaskan,” ujar M. Nizam Zakhwan Al-Farabi ketua BEM IAI TABAH pada akhir sambutannya.
Pada kegiatan ini dibuka oleh Ahmad Masyhadi, M.H.I selaku ketua Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) mewakili pimpinan kampus IAI TABAH. Beliau berharap karya tulis ilmiah dapat menjadi sarana untuk menggali pengetahuan yang sesuai dengan ajaran Islam berdasarkan Al-Qur’an. Sehingga hal ini membantu memperkuat pemahaman kita sebagai mahasiswa dan siswa terhadap ajaran Islam dan menerapkannya dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Adapun pemateri pada workshop kali ini adalah Khurul Aimmatul Ummah, M.E.I dan Muhammad Nur Hasan, M.Sc. Keduanya adalah dosen tetap dan pengelola jurnal di IAI TABAH. Bu Aim sebagai pemateri pada sesi pertama memaparkan terkait sistematika penulisan karya tulis ilmiah yang baik serta cara menyusun artikel ilmiah untuk menunjang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Sedangkan di sesi kedua, Pak Hasan memberikan teori serta praktik penggunaan tools artificial intelligence (AI) untuk menunjang akademik, khusunya dalam penulisan karya tulis ilmiah.
“Dalam karya tulis ilmiah, struktur isi, gaya tulisan, serta format yang dipakai sangatlah beragam. Oleh karena itu, kalian harus membaca panduan atau pedoman dalam penulisan. Langkah ini menjadi wajib hukumnya, karena setiap instansi memiliki gaya selingkung yang berbeda,” tutur Bu Aim.
Sementara pada sesi materi kedua, pemateri menekankan bahwa di era digital saat ini semua serba mudah. Namun aplikasi yang ada jangan dijadikan alat untuk membuatkan karya tulis. Penulis harus mampu menjadikan AI sebagai asisten dalam menulis. “AI hadir sebagai asisten atau helper, bukan maker apalagi menjadi ghost writer,” ungkap Pak Hasan.
Dosen tetap IAI TABAH yang juga CEO Ruang Riset Indonesia ini juga menekankan kepada para peserta workshop untuk menghindari yang namanya copy-paste dan plagiasi. Karena itu merupakan sebuah kejahatan akademik.
“Menulis adalah sebuah seni dan keterampilan yang harus selalu diasah, meski kalian memakai AI tapi jika tidak tahu caranya lantas asal copas malah jatuhnya terdeteksi plagiasi. Jika draft sudah selesai, jangan lupa di akhir step seorang penulis harus berperan sebagai pembaca. Sehingga setiap paragraf harus diparafrase dan diedit kembali hingga menjadi tulisan yang baik dan runtut,” imbuhnya.