Oleh: Akhmad Syah Roni Amanullah, S.Sos., M.Pd (Dosen Tetap Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah Lamongan)
Gambar Ilustrasi (Sumber:www.kartunhits.blogspot.com)
Akhir-akhir ini mulai marak kembali terjadi aksi kekerasan baik di jalanan maupun di sekolah. Tidak jarang aksi-aksi tersebut menelan korban dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda mulai lebam, pendaharan akibat ditusuk benda tajam, kehilangan sebagian anggota badan, “luka batin” atau troumatik yang dialami oleh korban hingga kehilangan nyawa. Sebagai contoh beberapa waktu lalu peristiwa tawuran yang dilakukan oleh dua kelompok gengster berusia belasan tahun yang terjadi di jalan raya Tuban-Babat sekitar SPBU Bunut Widang Tuban yang mengakibatkan jatuhnya korban dari salah satu pelaku tawuran. Aksi tawuran yang disertai dengan aksi pembacokan dan perampasan kendaraan milik korban ini dilakukan oleh para remaja yang masih berusia dibawah 18 tahun (Surabaya.Kompas.com, 7 November 2023). Sedangkan aksi Kekerasan di sekolah, melansir dari berita online Yogyakarta.kompas.com terjadi suatu peristiwa yang memilukan sekaligus mengerikan dimana seorang siswa kelas XII tega mebacok leher gurunya saat berada di ruang kelas saat penilaian tengah semester (PTS) berlangsung. Peristiwa tersebut terjadi dikarenakan siswa tidak diizinkan mengikuti penilaian tengah semester (PTS) dikarenakan tidak menyelesaiakan tugas sebagai persyaratan mengikuti PTS dan batas waktu yang diberikan untuk mengerjakan tugas sudah habis (jateng.Inews.id 26 September 2023). Selain dua peristiwa memilukan diatas masih banyak lagi kasus-kasus kekerasan lainnya yang dilakukan oleh sekelompok anak usia remaja. Lantas apa kiat yang bisa dilakukan?
A. keluarga
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk kepribadian, mental, sikap dan perilaku seorang anak. Orangtua memiliki tanggungjawab dan peran yang penting dalam memahami anak, membersami anak, menjadikan anak sebagai patner dalam berkomunikasi dan mendidik anak dengan pola didik yang baik yang disenangi oleh anak.
Jalin Komunikasi yang intens dan Nyaman
Anak pada usia remaja tentu berbeda dengan anak usia dua atau empat tahun. Pada usia remaja anak sedang menjalani masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Maka hal yang bijak adalah memperlakukan mereka dengan pola komunikasi yang moderat, mengajak diskusi bukan otoriter atau mendikte anak dan bukan pula permisif atau membebaskan anak. Banyak hal yang disayangkan dalam masyarakat dimana banyak orangtua yang berpendapat “ala,,anak wes gede wes iso ngatur awak e dewe lapo atek terlalu sering dijak omong-omongan, lapo atek sering dikandani barang wong wes gede babahno wong wes iso mikir dewe”. Ungkapan-ungkapan seperti ini yang menurut penulis tidak tepat mengingat anak pada usia remaja adalah anak dalam masa pencarian jati diri dimana pada masa ini justru kedekatan orangtua dalam membersamai anak, menjadi patner diskusi anak merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh seorang anak dalam menjalani masa-masa remaja dengan segala problematika yang dirasakan oleh mereka. Oleh karena itu bagi orangtua amat sangat penting menjalin hubungan yang intim dengan anak, ajaklah anak berbicara, ajaklah anak untuk berdiskusi, termasuk menanyakan bagaimana pembelajaran di sekolahnya, siapa saja teman dekatnya dan apa saja hal yang dapat orangtua bantu untuk mereka. Sehingga orangtua menjadi sosok figur yang diidamkan oleh anak, menjadi figur yang anak merasa aman, nyaman dan tenang saat anak menyampaikan segala hal yang dialami dan dirasakannya. Dengan demikian orang tua juga akan mengetahui secara faktual tentang apa saja yang dialami oleh anaknya dan hal ini dapat meminimalisasi kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan diperbuat oleh seorang anak ketika mendapat masalah.
B. Lembaga Pendidikan
Selain keluarga, lembaga pendidikan utamanya guru merupakan pihak yang juga memiliki peranan yang penting dalam menghasilkan anak didik yang berkualitas tinggi, baik kualitas keilmuan maupun kualitas moral. Dua hal tersebut dapat dipenuhi dengan melaksanakan tugas pengajaran dan pendidikan yang tepat sasaran dan tepat guna, baik dari isi materi maupun dari sisi metode yang digunakan.
Mengenali Murid Secara Mendalam
Selain memberikan pengajaran dan pendidikan yang tepat dari segi materi dan metode hal penting yang tidak boleh terlewatkan adalah guru mengenal secara dekat dan detail siswa yang diajarnya. Informasi detail tersebut dapat diperoleh dari orangtua, guru BK, Wali kelas, teman dekatnya hingga dari pengamatan terhadap perilaku yang diperlihatkan oleh siswa. Hal ini penting untuk dipahami oleh seorang pendidik mengingat tidak semua siswa memiliki kualitas emosional yang baik, peristiwa kedua sebagaimana kasus diatas menunjukkan bahwa siswa yang bersangkutan memiliki tingkat kematangan dan pengendalian emosi yang sangat rendah sampai anak tersebut nekat melakukan pembacokan terhadap gurunya sendiri. Memahami informasi detail terkait perkembangan siswa utamanya pada aspek emosional menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh seorang pendidik agar saat memberikan tretment kepada siswa pendidik dapat memperkirakan bahkan memastikan treatment apa yang tepat untuk diberikan kepada siswa sehingga apa yang dikira baik dan tepat oleh guru menjadi hal yang benar-benar terrealisasi secara tepat dan berdamapk positif, bukan sebaliknya mengira treatment tersebut baik dan tepat namun justuk menjadi bomerang bagi dirinya sendiri.
Dari banyaknya kasus kekerasan, tindakan kriminal hingga perilaku patologis yang dilakukan oleh para remaja tentu hal ini menjadi suatu pertanyaan sekaligus PR besar bagi semua pihak apakah Indonesia dengan bonus demografi tersebut generasi muda benar benar menjadi kebanggaan atau justru menjadi ancaman bagi bangsa ini sendiri? Mari berpikir dan Bertindak.