Respon era digital, dengan transformasi pembelajaran
Dewasa ini, era dimana perkembangan dunia maya melalui dorongan dari teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah mengubah lingkungan dan tradisi belajar siswa secara drastis. Kita mengetahui bahwa di balik perkembangan TIK yang sangat pesat melahirkan dampa pemisahan generasi menjadi dua dengan cara pandang yang berbeda. Generasi tersebut yakni generasi digitar immigrant, generasi pertama ini adalah masyarakat yang dilahirkan sebelum era digital dan yang kedua adalah generasi digital native yaitu generasi yang dilahirkan setelah era digital. Dari kedua generasi itu, generasi digital imigrant cenderung di identifikasi dengan rendahnya kemampuan literasi TIK, kurang responsif atas perkembangan TIK dan bahkan tidak bisa menyesuaikan diri dengan TIK. Identifikasi generasi kedua generasi digital native berbalik dari generasi digital immigrant, yakni generasi digital native lebih cenderung memiliki kemampuan TIK tinggi, responsif atas perubahan era digital, mudah menyesuaikan diri dengan TIK dan lebih heranya lagi generasi ini lebih menganggap bahwa TIK itu bagian penting dari hidupnya.
Generasi ke dua yang dijelaskan di atas, apabila ditarik dalam konteks pendidikan di madrasah maupun sekolah, dua generasi ini seakan tidak bertemu satu sama lain, para pendidik yang notabenya masuk dalam dunia generasi digital immigrant akan bertolak belakang jika bertemu dengan peseta didik yang notabenya bagian dari generasi digital native. Tidak jarang kita temukan di sekolah maupun madrasah yang melarang peserta didiknya membawa HP, laptop dan bahkan kata-kata matikan semua hp dan laptop saat pelajaran berlangsung. Sudah barang tentu fenomena seperti ini tidak bisa kita naifkan, dengan demikian maka bila dicermati lebih mendalam sebenarnya ada orientasi baru dalam hal proses pendidikan dan juga pembelajaran yang mana pada proses pendidikan dan pembelajaran lebih disesuaikan dengan zamanya.
Lantas, apa yang bisa dilakukan?
Menyikapi fenomena seperti ini, perlu adanya gerakan transformasi pembelajaran. Transformasi pembelajaran kepada peserta didik perlu diupayakan oleh lembaga-lembaga pendidikan sampai pada peran pendidik itu sendiri. Pertanyaan apa yang bisa dilakukan lembaga pendidikan, lembaga pendidikan berperan dengan posisi dan porsinya melalui memberikan upaya peningkatan mutu SDM pendidik melalui workshop-pelatihan pembelajaran berbasikan pemanfaatan TIK, menyediakan sarana dan prasarana yang relevan dengan perkembangan TIK seperti halnya digitalisasi perpustakaan, menyediakan media pembelajaran menggunakan platform Learning Management System (LMS) dan lain sebagainya.
Pusat transformasi pembelajaran juga sebetulnya terdapat pada peran seorang pendidik. Pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam fenomena generasi siswa digital native ini bukan terletak pada penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan semata dan bahkan terjebak pada penilaian hasil belajar berupa angka-angka. Lebih dari itu, orientasi baru berupa kemampuan belajar peserta didik secara cepat dalam memperoleh informasi ilmu pengetahuan, dapat mengakses sumber belajar darimanapun dan tentunya sumber belajar ini akan lebih multi prespektif, kemampuan berkomunikasi, interaksi, dan kemampuan bersosialisasi dalam kehidupan sosial masyarakat, kemampuan bekerjasama dengan baik, dan terakhir kemampuan peserta didik atas dapat hidup dalam kondisi keberagaman dengan baik. Sekali lagi, sebagai pendidik akan menilai generasi digital native ini denga penilaian on going prosses. Penilaian yang menekankan sejauh mana proses kontribusi peserta didik untuk kemanfaatan dirinya, sosial masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga visi indonesia emas akan dicapai oleh generasi muda Indonesia.Dengan ini, pembelajaran hari ini sudah seyogyanya bertransformasi dari teacher centered ke student centered, dari teks book ke social book, dari traditional literasi ke digitalliterasi dan seterusnya.
Penulis; Moh. Nasrul Amin, M.Pd.I
Editor; Intihaul Khiyaroh, M.A
Gambar ilustrasi by Sjahidul Haq Chotib, M.Pd