Covid 19 menyisahkan banyak persoalan hidup, semua orang merasakannya, baik dari kalangan bawah sampai kalangan pengusaha besar. Kehidupan yang semula berjalan normal berubah menjadi tidak terkontrol, salah satu kasus yang bisa disoroti adalah masalah ekonomi, ada ungkapan bahwa tidak semua bisa diselesaikan dengan uang, tetapi semua hal harus memakai uang, inilah salah satu kasus kecil yang membuat orang kehilangan control diri mengahadapi persoalan hidup, tidak jarang mereka yang terkena stroke karena over thinking, berantakan dalam membina rumah tangga karena ekonomi yang tidak memadai, banyak anak yang putus sekolah karena kondisi ekonomi orang tua yang tidak bisa mencover. Disinilah pentingnya diri mempunyai control untuk menjaga kesetabilan hidup agar berjalan dengan baik dan juga sesuai tuntunan agama.
Life control atau control diri dalam Islam dimaknai dengan hal yang termasuk bagian dari kesabaran, Menurut Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah derajat kesabaran yang paling berat adalah menjauhi larangan yang umumnya merupakan sesuatu yang digemari, dalam artian bahwa setiap individu harus bisa bersabar tidak mengikuti hawa nafsunya semata baik untuk menyalurkan amarah ataukah melampiaskan kekesalan meraka dengan melampiaskan apa yang mereka alami, karena harus berfikir bahwa setiap yang terjadi adalah takdir yang sudah dicoretkan oleh Allah kepada setiap manusia, sehingga mereka harus bersabar demi kesenangan di masa mendatang di negeri akhirat (Al-Jauziyah, 2006). Konsep ini kita kenal sebagai delay gratification. Allah SWT telah banyak memberikan tuntunan untuk mengontrol diri dan bersikap moderat dalam menjalankan tuntunan agama.
Setiap prilaku manusia itu pada dasarnya ditentukan oleh akal (aql) dan hati (qolb). Akal adalah salah satu panca indra yang berguna untuk berfikir dan menalar apa yang terjadi di alam serta menangkap pemahaman tentang ayat kauniyah, sementara hati (qolb) adalah filtr yang bisa mengendalikan dan memimpin organ tubuh, yang bisa menentukan kepribadian dan prilaku seseorang untuk melakukan hal baik atau buruk, Pengetahuan yang diperoleh dari aql mendorong qolbu untuk tunduk dan melaksanakan tuntunan Allah. Jika qolb gagal melakukannya, maka individu tersebut akan condong kepada kepada kejahatan. Di sinilah kemudian dipahami bahwadalam Islam kemampuan control diri erat kaitannya dengan berfungsinya qolb yang condong kepada ketaatan. Oleh karena itu dalam Islam untuk menjaga diri dari berbuat kerusakan, individu diarahkan untuk menjalankan ibadah yang akan menjadi perisai dari perbuatandosa.
Menurut Imam Al-Ghazali, control diri yang baik akan mengantarkan seseorang pada kekuatan karakter. Sementara control diri membutuhkan kematangan spiritual ditambah dengan disiplin diri berupa tazkiyatun-nafs dan riyadhah yang membuat seseorang yakin atas balasan dari Allah (delay gratification). Karena itu seseorang yang matang secara spiritual akan mampu menahan diri dari kesenangan terlarang yang bersifat sementara (Abdullah, 2014).
Dalam al-Quran banyak tuntunan agar individu bisa mempunyai life control yang bagus, yaitu:
Pertama, QS. Al-Anbiya’: 88
Artinya “Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (Qs. Al-Anbiya` : 88).
Ayat ini sebagai jaminan Allah, bahwa seorang individu yang mau berdoa maka Allah akan mengabulkannya. Dikabulkannya doa tidak harus seketika, banyak orang mempunyai keinginan, maka saat itu pulah tercapai, tetapi bukan itu sejatinya terkabulkannya doa, bisa dilain waktu dan kesempatan asalkan seorang hamba meminta.
Kedua, QS al-Mukminun: 44
Artinya Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihatakan hamba-hamba-Nya.” (Qs. Al-Mukminun : 44).
Semua manusia pasti mempunyai masalah, maka jangan terlalu membesarkan masalah seolah dunia semua gelap karena masalah yang dihadapi, tetapi Allah menyeruh untuk menyerahkan masalah kepada-Nya, maka pasti aka nada solusi yang terbaik yang berada diluar jangkauan seorang manusia.
Ketiga, Qs. Al-kahfi: 40
Artinya: “Makamudah-mudahan Tuhanku, akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik dari pada kebunmu (ini).” (Qs. Al-Kahfi : 40).
Harapan yang paling menenangkan adalah harapan kepada Allah dan kehidupan kelak yang akan dijalani yaitu akhirat, control diri yang bisa mengarah kepada ketenangan adalah memasrahkan semua persoalan kepada sang pengatur kehidupan, tetapi tentunya dibarengi dengan ikhtiar maksimal sebagai manusia.
Keempat, Qs.Ar-Ra’du: 28
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du: 28).
Tidak semua manusia mempunyai konsep yang sama dalam mencari ketenangan, tetapi ketenangan yang paling menenangkan adalah dengan berdzikir dan mengingat Allah, karena hati sebagai pengendali sikapmanusia dan juga mempunyai karakter berubah-rubah, maka seorang individu harus mempunyai perisai sendiri untuk mengarahkan hati tetap stabil, salah satunya dengan berdzikir, bukan hanya kondisi dampak covid yang berat tetapi kondisi yang paling berat sekalipun akan bisa diatasi dengan baik jika hati bisa tenang sehingga menjadi control diri yang baik
Kelima, Qs. Al-Al-Baqarah ayat 286
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.”
Harus difahami bahwa semua manusia mempunyai masalah, tetapi harus mempunyai keyakinan bahwa Allah tidak akan memberikan masalah kecuali manusia mampu menjalaninya. Semua ayat tersebut mengarahkan setiap individu untuk mengembalikan kepada Allah dalam segala kondisi, maka disini qolbu yang terlatih dalam life control untuk menjadi penuntun setiap perbuatan manusia di setiap kondisi, termasuk menghadapi keadaan masa pandemic covid 19, dengan sudah terbiasakannya control diri dengan baik maka keseimbangan dalam hidup dan beragama akan tercapai.
Penulis; Siti Fahimah, MA
Editor; Intihaul Khiyaroh, M.A
Gambar Ilustrator by Sjahidul Haq Chotib, M.Pd