Membumisasikan faham ahlussunah wal jamaah, 3 mahasiswa Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah Lamongan, berpartisipasi dalam kegiatan “sekolah aswaja dan pemikiran Islam progresif”.
21-24 November 2019, kamis sore di Pondok Pesantren Sunan Santri al Ikhlas Babat, tempat kegiatan acara sekolah aswaja dan pemikiran islam progresif, 3 mahasiswa turut serta menjadi peserta dalam kegiatan tersebut.
Kasmujiono (PAI III B), M. Hasan Basri (PGMI III B), Evin Diono (PAI V), Nama-nama yang ikut dalam kegiatan tersebut, adapun alasan 3 mahasiswa ini ikut dalam kegiatan sekolah aswaja sangat beragam, mulai dari isu radikalisme, lalu pengamalan nilai-nilai aswaja dalam kampus, dan sosial serta politik.
Kasmujiono, “kegiatan ini sangat langkah, karena memang tidak sedikit dari kita yang tidak paham akan ahlussunah wal jamaah (aswaja), saya ikut sebab di kampus pun masih sangat rendah pengetahuan akan aswaja, apalagi pengamalannya dalam kehidupan kampus” ujar kasmujiono.
Hasan, “sekarang banyak ormas islam yang mengaku sebagai ahlussunah wal jamaah, namun pada kenyataannya mereka tidak pernah sedikitpun mengamalkan atau bertindak layaknya ahlussunah wal jamaah, kita semua harus bisa membedakan, mana ormas yang hanya menunggangi aswaja untuk kepentingannya, dan ormas mana yang benar-benar mengamalkan ahlussunah wal jamaah dalam berorganisasi”. Alasan Hasan mengikuti sekolah aswaja.
Evin, “sekarang NU diserang dari berbagai arah, mulai dari faham aswajanya yang sudah tidak sama seperti apa yang KH. Hasyim Asyari’ rumuskan dalam qonun asasi, lalu orang-orang NU yang sudah tidak ta’dhim terhadap para habib dan sebagainya, kita harus melwan mereka dengan argumentasi yang jelas dan memahamkan, salah satunya dengan ikut sekolah aswaja ini, meraka harus dipukul mundur untuk tidak lagi menyerang NU, sebab NU adalah garda terdepan untuk tetap mempancasilakan indonesia, bukan mengkhilafakan indonesia, ingat pemuda NU sekarang adalah harapan persatuan bangsa dimasa depan, jadi jangan pernah sia-siakan kesempatan seperti sekolah aswaja ini”.
“Sekolah aswaja dan pemikiran islam progresif” dilaksanakan oleh JKII (Jaringan Kader Inti Ideologis) PMII, koordinator kegiatan ini sahabat martian mengungkapkan sedikit alasan beliau membuat kegiatan tersebut, “ini adalah pembasisan faham aswaja dikalangan pemuda, banyak pemuda/mahasiswa yang menjadi sasaran empuk faham khalifah, kita harus membentengi mereka dengan melakukan pembasisan seperti ini, semoga setelah ikut sekolah aswaja dan pemikiran islam progresif, mereka bisa menjadi ujung tombak untuk memukul faham lain yang bertentangan dengan pancasila, dan ingin merubahnya”.
Semoga 3 mahasiswa Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah setelah kembali dari kegiatan tersebut bisa lebih faham dan jadi bekal dalam menangkal faham yang bertentangan dengan pancasila, di kampus maupun di masyarakat (H).