Program ini dilakukan agar guru madin memiliki kompetensi tak hanya pendidikan agama, tapi juga pendidikan formal sehingga nantinya mampu mencetak lulusan yang berdaya saing dan memiliki keterampilan. Hal ini disampaikan Gubernur Jatim Soekarwo saat memberikan Kuliah Perdana Mahasiswa Program Kualifikasi Akademik Guru Madrasah Diniyah Tahun 2017 di Islamic Center Surabaya. Menurut Pakde Karwo, salah satu tantangan yang akan dihadapi Jatim adalah bonus demografi di tahun 2019. Dimana usia produktif (usia 15-64 tahun) sejumlah 69,60 persen. Selain itu, tenaga kerja baru di Jatim pada Tahun 2018 nanti diperkirakan berjumlah 326.629 orang. Masyarakat usia produktif ini, lanjut Pakde Karwo, harus memiliki keterampilan, bila tidak mereka akan menjadi pengangguran dan menjadi beban kriminalitas di perkotaan. “Untuk itulah kami akan menggandengkan diniyah salafiyah dengan keterampilan,” katanya. “Beberapa waktu lalu saya melakukan pertemuan dengan kiai di Madura untuk melakukan dual track agar Madrasah Aliyah memiliki pendidikan keterampilan dan tersertifikat,” tutur orang nomor satu di Jatim ini. Pakde Karwo berpesan untuk terus meningkatkan daya saing, termasuk bagi guru madin. Setelah lulus S1, guru madin ini harus melakukan uji kompetensi. Bila lulus kompetensi maka mereka akan menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K). Mereka yang lulus kompetensi ini akan digaji oleh negara. Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mengatakan, bahwa saat ini pendidikan madin semakin diperlukan. Bukan hanya soal pendidikan agama tapi juga keselamatan bangsa. Untuk itu, pemprov Jatim memberikan dukungan penuh salah satunya dengan meningkatkan anggaran bagi program peningkatan kualitas guru madin. Menurut Gus Ipul, program ini bertujuan untuk mengungkit dan menopang pendidikan madin melalui penguatan pendidikan formal. Ia juga berharap ke depan ada ahli yang memiliki keterampilan bidang tertentu dan hafal Alquran, seperti ahli matematika dan paham ilmu Alquran. “Orang-orang seperti ini insyaAllah menjadi pemenang di masa datang,” jelasnya. Kepada para guru madin yang mengikuti program ini, ia berharap dapat menjalaninya dengan sungguh-sungguh. Pihaknya berharap para guru madin bisa sungguh-sungguh mengikuti proses kuliah dan lulus tepat waktu. Tahun 2017 ini, program pendidikan guru madin dilaksanakan di 37 perguruan tinggi keagamaan Islam di Jatim dengan jumlah mahasiswa sebanyak 1.088 mahasiswa program S1. Waktu pendidikan ditempuh selama 4 tahun atau 8 semester. Termasuk diantaranya ada program Madin di Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah (IAI TABAH) Kranji Paciran Lamongan. Jumlah mahasiswa program peningkatan kualitas guru madin di Jatim dari Tahun 2006 sampai dengan 2017 sebanyak 10.952 orang dan menghasilkan lulusan sebanyak 7.595 guru madin program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan program studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA). Sedangkan pada tahun 2015 lalu bertambah dua program studi yakni Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan Manajemen Pendidikan Islam (MPI), terang Gus Ipul. (beritajatim.com & SHC)