Berita IAI Tabah– Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) IAI Tabah Lamongan menyelenggarakan forum ilmiah dosen bulan Desember dengan tema “Kritik Sabdo Palon: Kisah Perjanjian Syekh Subakir” Rabu, 05/12/2023 di Aula KH. Musthofa IAI Tabah.
Syekh Subakir memiliki nama asli Syekh Tambuh Aly bin Syaikh Baqir. Nama ini merupakan nama asli yang dimiliki beliau sebelum menginjakkan kaki di Tanah Jawa. Garis nasabnya bersambung pada Salman Al Faris, diutus oleh Sultan Muhammad I dari Usmani pada tahun 1404 M. Tak sendiri, Syekh Subakir bersama sang paman yang juga merupakan generasi awal Wali Songo, Maulana Malik Ibrahim yang kemudian dikenal dengan nama Sunan Gresik.
Ahmad Aziz Masyhadi, M.Ag Narasumber Forid bulan November mengungkapkan peristiwa bersejarah perjanjian Sabdo Palon dengan Syekh Subakir, ketika Syekh Subakir sampai di Pulau Jawa Syekh, Subakir langsung menuju ke Gunung Tidar (Magelang, Jawa Tengah) yang diyakini sebagai titik pusat dari tanah Jawa. Di puncak Gunung Tidar, Syekh Subakir memasang tumbal berupa batu hitam yang sudah dirajah. Batu tersebut dikenal dengan nama Aji Kalacakra yang mampu menetralisir daya magis negatif dari bangsa jin. Selama tiga hari tiga malam, batu tersebut mengeluarkan hawa yang sangat panas. Sehingga membuat para lelembut terpaksa menyingkir ke Laut Selatan Jawa.
Kegegeran di dunia gaib pun mengusik ketenangan sabdo palon, sang danyang tanah Jawa, yang selama ribuan tahun khusyuk bertapa. Selanjutnya terjadilah adu kekuatan antara Syekh Subakir dengan sabdo palon selama 40 hari 40 malam. Sebab sama-sama kuatnya, akhirnya sabdo palon menawarkan sebuah perundingan kepada Syekh Subakir yang mana menghasilkan sebuah perjanjian yang terkenal dengan sebutan perjanjian nagih janji Sabda Palon, Lanjut, Aziz Masyhadi.
Aziz Masyhadi juga menjelaskan bahwa Sabda Palon adalah pandita dan penasihat Prabu Brawijaya V, penguasa terakhir Kerajaan Majapahit yang awalnya beragama Buddha. Sabda Palon tidak bisa menerima ketika Brawijaya digulingkan pada tahun 1478 oleh tentara Demak dengan bantuan Walisongo.
Sabdo Palon lalu bersumpah akan kembali setelah 500 tahun, saat korupsi merajalela dan bencana melanda, untuk menyapu Islam dari Jawa dan mengembalikan kejayaan agama budi dan kebudayaan Jawa, Dikatakan Jawa akan menjadi mencusuar dunia dengan agama asli Jawa. (Artinya Kejadian tersebut terjadi antara tahun 1478, sehingga 500 tahun setelah tahun itu adalah tahun 1978, dan ini tidak sesuai dengan perjanjian yang ada di kisah Sabdo Palon dengan Syekh Subakir.
Aziz Masyhadi menambhkan, Sabdo Palon dikisahkan dalam Serat Darmagandhul yang ditulis Ki Kalamwadi, menurut Agus Sunyoto Serat Darmagandul ditulis oleh seorang penginjil pribumi bernama Ki Ibrahim Tunggul Wulung, ia menulis Darmagandul atas perintah pemerintahan Kolonial Belanda untuk menyerang Islam dan pondok pesantren yang dikembangkan para pengikut Pangeran Diponegoro yang mundur usai kekalahan perang Jawa. Tunggul Wulung untuk keperluan penulisannya mengadaptasi hampir sebagian besar isi Babad Kediri yang sarat dengan kritik atas Islam.