Demokrasi dan Arah Pemilu 2024

by | Nov 3, 2023 | Opini | 0 comments

Oleh: Muhammad Nashihin, M.Pd. (Dosen Tetap Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah Lamongan)

Gambar Ilustrasi (Sumber: https://dialeksis.com/)

Seiring dengan berakhirnya masa jabatan Presiden Joko Widodo, muncullah tiga Calon Presiden dan Wakil Presiden yang akan mengikuti proses Pemilihan Umum 2024, dari ketiga calon tersebut sesuai dengan urutan pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum tersusun sebagai berikut, pertama pasangan yang memiliki nama lengkap Anies Rasyid Baswedan, S.E., M.P.P., Ph.D. dengan Dr. (HC) Drs. H. A. Muhaimin Iskandar, M.Si. kedua pasangan Ganjar Pranowo, S.H., M.IP. dengan Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD, S.H., S.U., M.I.P. dan ketiga pasangan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto Djojohadikusumo dengan Gibran Rakabuming Raka.

Dari ketiga calon tersebut siapapun yang menang adalah tetap Presiden dan Wakil Presiden kita maka dari itu tidak ada salahnya kalau kita menaruh harapan pada semua calon sesuai dengan latar belakang mereka, karena bagi saya latar belakang merupakan hal yang penting dan membawa pengaruh besar terhadap kinerja seseorang termasuk para calon.

Pasangan Anies Rasyid Baswedan, S.E., M.P.P., Ph.D. dengan Dr. (HC) Drs. H. A. Muhaimin Iskandar, M.Si. Anies Baswedan meraih gelar sarjana dalam bidang Ilmu Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia kemudian melanjutkan pendidikan pascasarjana dan meraih gelar doktor dalam bidang Filosofi dan Ilmu Pengetahuan Sosial dari Universitas Perguruan Tinggi Indonesia (UPI), Dia adalah seorang Politisi dan Intelektual Indonesia yang telah memegang berbagai posisi pemerintahan dan pendidikan di Indonesia.  Latar belakang Anis Baswedan mencakup pendidikan yang kuat dan pengalaman dalam bidang akademis dan pemerintahan, khususnya dalam sektor pendidikan. Ia dikenal sebagai seorang intelektual yang aktif dalam berbagai inisiatif pendidikan dan pernah berperan penting dalam reformasi pendidikan di Indonesia selama masa jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Ia juga menjadi Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2017 setelah memenangkan pemilihan kepala daerah.

Sedangkan Latar belakang Muhaimin Iskandar mencakup pengalaman dalam politik, aktivisme buruh, dan pendidikan. Dia menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. Selanjutnya, ia meraih gelar magister di bidang Manajemen di Institut Pertanian Bogor (IPB). Muhaimin Iskandar telah aktif dalam dunia politik Indonesia sejak awal kariernya. Ia terlibat dalam berbagai organisasi dan partai politik, termasuk Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), di mana ia menjadi salah satu tokoh penting. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Kabinet Indonesia Bersatu II di bawah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia telah berperan penting dalam perkembangan politik dan sosial di Indonesia.

Dari latar belakang tersebut diharapkan besok kalau pasangan ini menang dimungkinkan akan ada perkembangan yang maksimal khususnya di bidang pendidikan, dilengkapi juga dengan sosok Muhaimin Iskandar yang berasal dari kalangan pesantren akan menambah dan mewakili suara pesantren karena pesantren merupakan sistem pendidikan tertua di Indonesia yang memiliki andil besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pasangan Ganjar Pranowo, S.H., M.IP. dengan Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD, S.H., S.U., M.I.P. Ganjar Pranowo adalah seorang politisi dan pejabat pemerintahan Indonesia yang lahir pada tanggal 24 Mei 1969 di Semarang, Jawa Tengah. Ganjar Pranowo menyelesaikan pendidikan sarjana di bidang Hukum di Universitas Diponegoro (Undip) di Semarang, Jawa Tengah. Selain itu, ia juga memperoleh gelar Magister Manajemen dari Universitas Diponegoro. Ganjar Pranowo terlibat dalam dunia politik sejak awal karirnya. Dia pernah menjadi anggota DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Provinsi Jawa Tengah, Pada tahun 2013, Ganjar Pranowo terpilih sebagai Gubernur Jawa Tengah dalam Pemilihan Kepala Daerah. Dia terpilih kembali pada Pemilihan Kepala Daerah Jawa Tengah tahun 2018. Sebagai Gubernur, Ganjar telah terlibat dalam berbagai program pembangunan dan inisiatif untuk memajukan Jawa Tengah. Latar belakang politik dan karir Ganjar Pranowo menunjukkan peran pentingnya dalam dunia politik Indonesia, terutama di tingkat provinsi Jawa Tengah. Pencapaiannya sebagai Gubernur Jawa Tengah dan popularitasnya sebagai politisi menunjukkan pengaruhnya dalam politik regional dan nasional.

Sedangkan Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD, S.H., S.U., M.I.P. memiliki latar belakang pendidikan yang kuat. Ia lulus dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Kemudian, ia melanjutkan studinya di Universitas Airlangga, Surabaya, di mana ia meraih gelar Sarjana Hukum dan Doktor Hukum. Ia juga pernah belajar di luar negeri, antara lain di Universitas Leiden di Belanda. Karier Akademik Prof. Mahfud MD adalah seorang cendekiawan hukum yang terkemuka. Ia pernah menjadi dosen di berbagai perguruan tinggi di Indonesia, termasuk Universitas Gadjah Mada dan Universitas Airlangga. Pada awal kariernya, ia aktif dalam penelitian hukum dan pendidikan tinggi.

Prof. Mahfud MD dikenal sebagai seorang pemikir hukum yang memiliki kontribusi penting dalam perkembangan hukum di Indonesia. Ia telah menulis banyak buku dan artikel tentang berbagai isu hukum, termasuk konstitusi dan sistem hukum di Indonesia. Prof. Mahfud MD juga memiliki karier politik yang cemerlang. Ia pernah menjabat sebagai Menteri pertahanan. Selain itu, ia pernah menjadi anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat). Puncak karier politik Prof. Mahfud MD adalah saat ia terpilih sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Indonesia pada periode 2008-2013. Sebagai Ketua MK, ia memainkan peran penting dalam menegakkan supremasi konstitusi dan mengawasi pemilihan umum di Indonesia. hingga pada akhirnya di angkat Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM yang cukup berani mengungkap dan menangani kasus berat seperti kasus Ferdy Sambo dan kasus dugaan pencucian uang Rp 349 triliun di Kemenkeu.

Dari latar belakang pasangan ini, diharapkan besok kalau terpilih mereka berdua bisa memperbaiki citra hukum yang berlaku tajam ke berbagai arah bukan hanya tajam ke bawah tumpul ke atas sebagaimana yang masih berjalan sampai sekarang. Sebagai bukti sampai sekarang masih ada pejabat yang tersandung urusan hukum tapi masih sulit di ranah ekseskusi dengan berbagai alasan hukum yang dipakai untuk menghindari eksekusi tersebut yang pada akhirnya lolos dari jeratan hukum atau dihukum dengan hukuman ringan yang tidak sebanding dengan kesalahan yang diperbuat.

Pasangan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto Djojohadikusumo dengan Gibran Rakabuming Raka. Prabowo Subianto adalah putra dari Sumitro Djojohadikusumo, seorang ekonom dan politikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan. Keluarganya juga memiliki hubungan dengan tokoh-tokoh berpengaruh dalam sejarah Indonesia, termasuk tokoh seperti Soekarno dan Soeharto. Prabowo bergabung dengan Akademi Militer Nasional (Akademi Militer) di Magelang, Jawa Tengah, dan lulus sebagai letnan dua pada tahun 1974. Ia kemudian memulai karier militernya di bawah Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dalam berbagai jabatan dan tugas militer. Prabowo menjadi perwira militer yang dihormati dan dianggap sebagai salah satu tokoh militer yang berpengaruh di Indonesia.

Setelah keluar dari militer, Prabowo beralih ke dunia politik. Ia terlibat dalam berbagai partai politik, termasuk Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), yang didirikannya pada tahun 2008. Prabowo mencalonkan diri sebagai calon presiden dalam pemilihan presiden Indonesia pada tahun 2014 dan 2019, namun kalah dalam kedua pemilihan tersebut. Pada periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Prabowo diangkat sebagai Menteri Pertahanan Indonesia pada tahun 2019. Dalam peran ini, ia bertanggung jawab atas kebijakan pertahanan nasional dan modernisasi militer Indonesia. Prabowo dikenal dengan pandangan politiknya yang nasionalis dan ketegasan dalam hal pertahanan negara. Ia juga telah mengadvokasi pemikiran politik dan ekonomi yang lebih proteksionis.

Gibran Rakabuming Raka adalah seorang tokoh yang cukup dikenal di Indonesia, terutama karena kaitannya dengan politik dan keluarga Presiden Joko Widodo (Jokowi). Gibran lahir pada tanggal 1 Oktober 1987. Ia adalah putra sulung dari Presiden Jokowi dan Ibu Iriana Joko Widodo. Sebagai anggota keluarga presiden, Gibran memiliki eksposur yang tinggi dalam dunia politik dan bisnis di Indonesia. Gibran Rakabuming Raka lulus dari Sekolah Dasar Negeri 2 Solo, kemudian melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 3 Solo dan SMA Negeri 2 Solo. Setelah itu, ia meraih gelar sarjana dalam bidang Ilmu Komunikasi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Sebelum terjun ke dunia politik, Gibran terlibat dalam berbagai usaha bisnis. Ia pernah menjalankan bisnis kuliner, terutama dalam bidang kuliner khas Solo seperti “Bakmi Jawa Mbah Mo” dan “Warung Pasta.”. Gibran Rakabuming Raka memulai karier politiknya dengan mencalonkan diri sebagai Walikota Solo dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Solo 2020. Ia berhasil memenangkan pemilihan tersebut dan menjadi Walikota Solo. Kemenangannya dalam Pilkada Solo menunjukkan pengaruh politik yang dimilikinya sebagai anggota keluarga presiden.

Harapan dari pasangan ini bisa berupa Indonesia ke depan memiliki pimpinan yang tegas, berwibawa, dan disiplin sesuai dengan kapasitas pengalaman prabowo sebagai prajurit tentara nasional Indonesia yang tidak mudah disetir oleh partai politik karena beliau sudah menjadi pimpinan partai politik, dilengkapi juga dengan hadirnya sosok Gibran yang nantinya akan melengkapi tugas prabowo terutama di kalangan pemuda milenial untuk Indonesia, hadirnya Gibran bisa menjadi daya tarik bagi pemuda untuk lebih percaya diri terlibat dalam urusan politik tidak hanya sebatas pada jalur Legislatif saja tapi harus juga sampai pada jalur Eksekutif dan Yudikatif.