CANGGIH DAN TETAP BERBUDI PEKERTI

by | Jan 11, 2022 | Opini

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin hari semakin canggih. Dahulu kita yang hanya bisa menonton acara televisi melalui televisi hitam putih sekarang kita bisa menonton acara televisi melalui televisi LED, digital bahkan saat ini dengan adanya internet kita dapat menonton acara apa saja yang kita kehendaki melalui makhluk yang bernama Hp atau Gadget.

Perkembangan teknologi yang begitu pesat dan canggih tentu menjadi berkah bagi kita semua, setidaknya dengan adanya teknologi kita menjadi semakin terbantu dalam urusan-urusan duniawi kita. Dahulu kita yang hendak mandi harus menimba air sekarang tinggal tekan tombol ON pada “sanyo” air sudah mengalir, dahulu kita yang hanya bisa naik sepeda sekarang kita bisa menggunakan motor dan mobil untuk dapat menghemat waktu dan mendapatkan rasa aman serta nyaman. Dahulu kita yang hendak memberi kabar kepada sanak familiharus ke kantor pos sekarang dengan kemajuan teknologi dengan adanya smartphone hanya dengan meggeser layar dan “menutulkan” jari kita bisa mendapatkan segala informasi yang kita inginkan dan kita dapat pula dengan mudah memberikan informasi kepada siapapun hanya dalam hitungan detik.

Namun dibalik banyaknya kemudahanyang diberikan oleh teknologi dalam kehidupan kita,sebenarnya juga terdapat dampak yang cukup buruk dalam kehidupan kita apabila tidak kita sikapi dengan bijaksana dan proporsional. Setidaknya berikut adalah beberapa dampak buruk teknologi terhadap pola kehidupan kita:

Pertama, terkikisnya rasa sabar tanpa disadari. Sadar atau tidak fenomena ini tampaknya dialami oleh kebanyakanbahkan mungkin hampir semua orang. Dahulu dengan alat yang seadanya bahkan terlihat serba manual dan konvensional, orang-orang lebih bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu, lebih menghargai proses dan dengan kebiasaan-kebiasaan hidup yang penuh dengan usaha dan perjuangan manusia dahulu secara tomatis terbentuk karakternya, keuletannya, kesabarannya, kegigihannya dan kesabarannya. Namun saat ini dimana dengan adanya kecanggihan teknologi hal-hal yang dahulu biasanya dikerjakan dengan waktu yang terbilang cukup lama dan dengan proses yang membuat terbentuknya mental yang tangguh menjadi suatu hal yang dapat dikerjakan dengan waktu yang lebih cepat. Hal tersebut terulang secara terus menerus sehingga tanpa kita sadari bahwa dengan fasilitas kecepatan yang dimiliki oleh teknologi mau tidak mau manusia harus dituntut serba cepat dan hal ini perlahan-lahan dapat mengikis kesabaran, keuletan dan mental bajadalam diri manusia itu sendiri.

Realitanya dengan adanya teknologi yang serba memudahkan banyak kemudian orang-orang yang “tidak mau mempelajari” hal-hal yang dahulu merupakan budaya dari masyarakat Indonesia itu sendiri. Memasak misalnya, jaman dahulu hampir semua wanita dapat memasak, berbeda dengan sekarang dengan adanya teknologi mental manusia tidak sekuat orang dulu. Bahkan manusia saat ini dapat dikatakan sebagai makhluk yang gemar berpangku tangan, manja dan ketergantungan dengan yang namanya teknologi. Tentu tidak salah jika kita menggunakan dan memanfaatkan teknologi sebagai alat yang memudahkan segala urusan kita,namun bukan berarti karakter ulet, menyenangi proses dan tetap mempelajari, melestarikan dan menguasai keterampilan-keterampilan konvensional juga merupakan hal penting yang tidak kemudian ditinggalkan begitu saja. Kita perlu ingat bahwa tidak selamanya kehidupan kita dapat menggunakan teknologi, akan ada suatu masa dimana kondisi kita yang nantinya dalam kategori“pas-pas” an  bahkan mungkin sangat kurang dan menuntut keahlian keahlian konvensional untuk dapat kita terapkan dalam melanjutkan kehidupan.

Kedua, teknologi menjadi candu yang melunturkan sikap kemanusiaan. Fenomena ini dapat kita lihat dalam segala aspek kehidupan saat ini, dalam lingkungan keluarga, pertemanan hingga pada forum-forum penting banyak orang yang masih kecanduan dengan yang namanya Gadget. Sebagaimana ilustrasi diatas, dalam lingkungan keluarga pun masih banyak terjadi fenomena kecanduan gadget. Dimana yang semestinya dalam keluarga ada waktu untuk saling berbagi cerita dan rasa, suatu keluarga justru terlihat kurang harmonis dan menyenangkan. Anak-anak bermain gadget, ibu juga bermain gadget, ayah juga bermain gadget maka jika hal ini diteruskan perlahan-lahan akan merusak keharmonisan keluarga akibat dari tidak terjalinnya komunikasi antar anggota keluarga dengan baik. Meminjam teori Abraham H Malow, diantara kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan rasa sayang dan dicintai. Bagaimana mungkin suatu keluarga dapat terjalin harmonis jika kebutuhan akan rasa sayang dan dicintai tidak dilakukan dengan baik? Bagaimana seseorang dapat dikatakan telah memberi kasih sayang dan cinta jikalau menjalin komunikasi saja tidak dilakukan?.

Fenomena yang lain dapat kita temukan dikalangan para remaja saat melakukan rapat ataupun nongkrong di warung kopi untuk membahas suatu topik atau sekedar saling bercanda dan ngobrol-ngorol biasa. Dari pertemuan tersebut banyak juga yang lebih sering mengoperasikan gadjetnya dibandingkan menikmati penyampaikan-penyampaian dari temannya yang sedang berbicara. Tentu hal ini adalah hal buruk yang dapat saja merusak keintiman dalam pertemanan. Kita tidak boleh berkesimpulan bahwa “temanku lho biasa saja  meskipun dia berbicara dan aku asyik HP an” karena bisa jadi teman kita menahan kekecewaan dalam hatinya saat ia tidak dipedulikan tatkala berbicara. Dari fenomena-fenomena tesebut (tentu masih banyak fenomena yang lain) Kita sebagai pengguna gadget sering secara tidak sadar dan terhipnotis sehingga manjadi objek candu dari gadget itu sendiri dan tentu hal yang menjadi candu pelan-pelan akan menghancurkan diri kita dari segala aspek, baik aspek pertemanan,kejiwaan bahkan hubungan. Perlukita ketahui bahwa yang berbahaya tidak hanya candu berupa narkoba dan narkotika, teknologi pun apabila menjadikan candu bagi kita juga akan merusak sendi-sendi kehidupan kita.

Kecanggihan teknologi cukuplah kita gunakan sebagai alat bantu yang praktis,efektif dan efisien untuk membantu kita dalam mengerjakan pekerjaan dan “bersenang-senang”. Namun kita sebagai manusia harus selalu ingat dan menggunakan akal sehat kita serta hati nurani saat menggunakan teknologi sehingga meskipun sehari-hari kita menggunakan teknologi namun akhlak dan budi pekerti sebagai manusia tetap terjaga dengan baik dalamsegala aspek kehidupan kita sehari-hari.

Penulis: Akhmad Syah Roni Amanullah, M.Pd.