LAMONGAN– Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah (IAI TABAH) Lamongan bekerjasama dengan Puslitbang Kemenag RI melaksanakan dialog dan workshop dengan tema Moderasi beragama di kalangan generasi muda. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula El Musthofa Meeting Hall IAI TABAH Lamongan tanggal 12 November 2020.
Generasi muda memang menjadi sasaran dalam kegiatan ini, hal ini karena generasi muda memiliki peran sentral dalam penyebaran paham radikalisme dan ektrimisme agama di Indonesia, utamanya di wilayah kabupaten Lamongan, pemahaman generasi muda yang masih sangat mudah untuk dipengaruhi paham keagamaan yang dinilai bertentangan dengan ideologi Negara seyogyanya perluh mendapat perhatian serius dari pemerintah maupun lembaga pendidikan dalam hal ini Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah (IAI TABAH) Lamongan.
Agama merupakan elemen penting dalam kehidupan masyarakat dan seringkali memberikan pengaruh besar dalam berbagai sektor kehidupan sosial bermasyarakat. Pada awal abad ke 20 agama dikatakan akan mengalami kemunduran seiring berkembangan teknologi dan sains. Namun, era dewasa ini agama justru menjelma menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia dan masuk dalam setiap ruang kehidupan manusia, yang meliputi politik, ekonomi, pendidikan, lingkungan, industri dan sebagainya.
Setiap agama terkandung dua macam kecenderungan ajaran, yang tampak saling bertentangan. Pertama, kecenderungan yang mengajarkan bahwa agama yang dianut oleh seseorang adalah agama yang paling benar, mutlak, superior, dan menyelamatkan. Sedangkan orang-orang yang beragama lain adalah sesat, kafir, celaka, dan harus dijauhi atau dibujuk agar mengikuti agamanya. Kedua,ajaran bahwa setiap orang harus menghormati, dicintai, tidak ada paksaan dalam agama, dan dianjurkan berbuat bebajikan kepada siapa saja, bahkan kebaikan ini dianggap sebagai inti dari ajaran setiap agama.
Prof. Dr. H. Moh. Ishom Yusqi, M. Ag Sekretaris Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI menyampaikan dalam acara ini bahwa setiap umat beragama harus terus mendorong tokoh tokoh agama dan umat beragama yang lain agar secara konsisten membangun moderasi beragama secara bersama, dalam konsep moderasi beragama ada tiga model hubungan umat beragama yang disebut dengan istilah Triologi Kerukunan Umat Beragama pertama, kerukunan internal agama, kedua, kerukunan eksternal agama, ketiga, kerukunan umat beragama dengan pemerintah. Sesama umat Islam haru selalu hidup rukun dan saling menerima perbedaan yang ada, selain itu kerukunan dengan umat beragama lain juga penting untuk selalu dijaga agar kemudian tercipta harmoni nasional yakni antara umat beragama bisa hidup saling berdampingan secara damai dan harmonis.
Pemerintah akan terus mengupayakan program program dialog antar agama yang bisa dianggap sebagai jalan tengah menyelesaikan ketegangan antar kelompok dan pada akhirnya bisa menjalin kerjasama baik demi membangun bangsa dan Negara, tutur, Prof. Dr. H. Moh. Ishom Yusqi, M. Ag
Abdul Jamil Wahab, M. Si narasumber pertama dalam acara ini menyampaikan bahwa kegiatan moderasi beragama sangat perluh dilakukan secara berkelanjutan, hal ini karena berdasarkan riset yang dilakukannya masih menemukan banyak sekali konflik masyarakat di Indonesia yang berkaitan erat dengan agama. Abdul Jamil Wahab yang juga sebagai peneliti senior di Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI menegaskan bahwa Setiap masyarakat memiliki budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi, budaya memiliki fungsi mempersatukan masyarakat, agama datang pada masyarakat yang telah memiliki budaya. Agama dan budaya tidak boleh dibenturkan, sebab agama dan budaya sama-sama memiliki nilai mempersatukan sehingga kontributif bagi pembangunan bangsa.
Dr. Alimul Muniroh, M. Ed Rektor IAI TABAH Lamongan yang menjadi narasumber kedua juga menyampaikan moderasi beragama dalam konteks pendidikan Islam, bahwa Pendidikan sebagai tempat yang rentan terhadap penyebaran ideologi radikal, seringkali Lembaga Pendidikan menjadi pilihan Efektif dalam penyebaran ide dan pemikiran, karena tidak semua Lembaga Pendidikan menyadari terhadap pengaruh penyebaran ideologi radikal & ekstrimisme kekerasan di lingkungannya. Hal ini dikarenakan Lembaga Pendidikan belum sepenuhnya merespon issue moderasi beragama sebagai issue utama.
Untuk memberikan pemahaman moderasi beragama di lingkungan lembaga pendidikan perluh dilakukan langkah langkah seperti; Penyusunan RPP mengaitkan dengan nilai-nilai moderasi, mendesain metode pembelajaran dengan nilai-nilai moderasi Dan menyusun kurikulum dengan pendekatan moderasi beragama, tegas Dr. Alimul Muniroh, M. Ed
Muhammad Masyhur, M. Ag tokoh pemuda kabupaten Lamongan narasumber ketiga menyampaikan bahwa berkaitan dengan moderasi beragama, generasi muda harus paham dan menguasai ilmu teknologi secara mendalam, hal ini karena gerakan radikalisme lebih sering dilakukan melalui via online yang kemudian disampaikan secara masif dan terstruktur, saat ini dunia maya menjadi ladang dan tempat yang paling mudah untuk menyebarkan paham keagamaan yang radikal dan fundamentalis, isu isu seperti khilafah, NKRI bersyariah terus disampaikan melalui online secara terus menerus agar kemudian dibaca oleh generasi muda dan dianggap sebagai kebenaran, padahal yang disampaikan justru berlawanan dengan ideologi Negara Indonesia.
Acara dialog dan workshop Moderasi Beragama di Kalangan Generasi Muda ini dihadiri oleh Prof. Dr. H. Moh. Ishom Yusqi, M. Ag (Sekretaris Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI), Dr. Alimul Muniroh, M.Ed (Rektor IAI TABAH Lamongan), Abdul Jamil Wahab, M. Si (Peneliti Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI), dan Muhammad Masyhur, M. Ag (Tokoh Pemuda dan Ketua Ansor Kabupaten Lamongan) moderator Moh. Khoirul Fatih, M. Ag (Dosen IAI TABAH) Lamongan. (MK. Fatih).